Rabu, 13 November 2013

Rasa Yang Berbeda


Rasa yang Berbeda

By:Pertiwi Irasaputri

Om Felik adalah adik dari ibukku, ia menyayangiku seperti anaknya sendiri semenjak ayahku meninggal delapan belas tahun yang lalu, akibat kecelakaan tunggal yang merenggut nyawanya. Walau Om mempunyai dua anak gadis dan satu anak laki laki, kasih sayangnya tak pernah membedakan antara anak kandung dan keponakan.

Aku juga dapat merasakan dia adalah sosok ayah yang memberikanku kasih sayang dan perhatian penuh hingga dia membela aku mati matian dan memboyongku ke Hong Kong tinggal bersama istri dan anak- anaknya di rumah megah ini. Sebenarnya aku tidak suka dengan sikap istrinya dan kedua putrinya yang berpura pura baik kepadaku di depan Om Felik saja. Namun aku tetap bersabar demi Ibuku dan Om Felik agar aku tetap menjadi apa yang mereka inginkan.

Aku bangga kepada Om Felik, dia orang yang hebat, dia seorang dokter sepesialis ahli bedah. Ibuku ingin aku menjadi dokter seperti Om Felik. Tetapi aku tidak mempunyai bakat menjadi seorang dokter. Demi ibu yang aku cintai, aku harus mengikuti jejak Om Felik mejadi seorang dokter. Dan sebenarnya aku lebih suka menjadi main piano ketimbang menjadi seorang dokter.

Pepatah bilang, buah jatuh tidak jauh dari pohonya. Ibuku seorang pengusaha batik di Yogya, dan  almarhum  ayahku  seorang  arsitek. Layaknya aku menjadi pengusaha dan arsitek seperti  mereka, tapi ibu  menginginkan aku mengikuti jejak Om ku menjadi seorang dokter. Aku termasuk cewek paling beruntung banget, dapat beasiswa melanjutkan kuliah di Hong Kong, di University of Technology and Science, fakultas kedokteran.

Malam ini seusai makan malam Om Felik mengumpulkan kami di ruang tengah dan membicarakan tentang undangan rekan kerjanya yang mengundang sekeluarga untuk menghadiri acara ulang tahun anaknya, yang kebetulan juga baru menyelesaikan kuliahnya di Korea.

Sepertinya Shela dan Shanty seneng banget mendengar berita itu, aku sempat mengelak untuk tidak ikut menghadiri acara itu, dengan alas an masih ada tugas kuliah. Namun Om Felik mengatakan bahwa aku adalah tamu istimewa yang akan memainkan piano buat anak rekan kerjanya itu. Aku sangat terkejut, melihat tatapan tajam dari tante Sherly, Shela dan Shanty, namun Sunny anak sulung Om Felik haya terdiam dan bersikap santai.

Sabtu sore menjelang hari H, tante dan kedua putrinya sibuk memilh baju untuk pesta. Ketika Om Felik tidak ada di rumah, dengan sikap yang tidak seperti biasanya lemah lembut dan ramah tamah dia menyuruhku masuk  ke kamar  putrinya. Kamar  megah yang hanya bisa dimasuki orang- orang tertentu saja.

Setelah di dalam kamar, tante langsung mendorong aku ke kursi, dan aku terjatuh di kursi itu dengan cepat Santy dan Shela mengikat kaki dan tangankuku  dan membungkam mulutku agar aku tak bersuara. Aku memberontak penuh kepanikan, aku tak mengerti apa yang mereka inginkan dariku.

“Dengar anak manis, sebaiknya kamu malam ini menjadi penghuni kamar ini sampai kita pulang pesta nanti” Tegas Tante dengan nada sinis tepat di depan mukaku seraya menjambak rambut panjangkuku yang terurai.

“Aku tak ingin kamu malam ini ikut hadir di acara keluarga shabat papah, aku tak mau kamu merusak acaraku untuk mendekati pangeran Leo” Hardik Shanty, sambil berjalan melenggok di depanku dan duduk di ranjangnya dengan pandangan penuh rasa benci, kembali ia menatapku sinis penuh dengan senyum kemenangan.

“Ka Ce, aku yakin malam ini rencanamu pasti akan berjalan dengan lancar, dan Ka Ceh bebas menemani pangeran Leo tanpa ada yang menggangumu.” Tegas Shela meyekinkan kakaknya.

Aku pasrah dengan keadaanku yang tersekap dikamar megah ini. tinggal aku sendiri di rumah ini, mereka semua telah pergi kepesta. Hingga tiba-tiba aku mendengar suara Sunny memanggil manggil namaku, aku berusaha menjawab panggilnnya tapi sia- sia karena mulutku yang terisolasi dengan tape, aku berusaha menghentak-hentakkan kakiku berharap Sunny mengetahui keberadaaanku di kamar ini. Rasanya usahaku kali ini pun sia sia.

“Ya Allah, engkau sebaik baik penolong. Maka tolonglah hamba dari jeratan ini.” Suara Sunny masih memangil mangilku. Tak lama kemudian Sunny dapat membuka pintu dengan kunci yang dia dapatkan.

“Oh my God!” Sunny terbelalak mendapatiku yang tak bias berkutik, ia segera melepaskan isolatip di mulutku dan melepaskan ikatan di tangan dan kakiku.

“Sanny bagaimana kamu tahu aku ada di kamar ini?” Tanyaku.

“Aku tanya pembantu, katanya Mamih ngajak  Piu Ceh  masuk masuk kekamar ini.” Jawabnya tergesa. Dan ia menyuruhku segera ganti pakaian untuk segera pergi ke acara pesta itu.

“Sunny dengarkan aku, aku tak mau pergi ke acara itu. Aku takut nanti tante marah padaku”

“Piu Ceh, ini permintaan Papah. Aku harap Piu Ceh memikirkan itu.” Tegas Sunny padaku, aku kembali berpikir Aku tak mau mengecewakan Om,  karena ulahku yang mementingkan diri sendiri, lalu aku bergegas berangkat bersama Sunny anak Om yang berbaik hati padaku.

Mobil melesat membelah jalan rasa melewati jembatan gantung yang menuju Yuen Long. Tiba di tempat,  suasana sudah cukup ramai, namun acara belum dimulai. Dengan kedatanganku, MC mulai membuka acara, dan untuk pembukaan acara itu MC menyuruhku memain kan piano. Aku sempat grogi dibuatnya, semua mata tamu undangam tertuju ke arahku. Aku berusaha tampil rilek menghadapi grogi yang mengoyahkan mentalku. Ketika duduk di depan piano, aku sempat termenung,  musik apa yang hendak aku mainkan.

Denting piano mengalun, jari jariku menari diatas key bord piano begitu ringan, lagu everytime yang menjadi lagu kesukaanku, kulantunkan dengan indah sesuwai suaranya Britny Spears.

“Notice me, take my hand why are we strangers when our love is strong why carry on without me. Everytime I try to fly, I fall without my wing, I feel so small I guess I need you, baby and everytime  I see you in my dreame I see your face, it’s haungting me I see your face, I guess I need you, baby….I make belive that you are here it’s the only way I see you clear what have done you seem to move on easy ”

Semua tamu undangan seakan menjadi patung mendengar dan melihatku memainkan piano, hanya satu pemuda menyruak dari sekian banyak orang yang terpaku. Ia menghampiriku yang sedang asik memainkan piano, seulas senyum yang dapat aku berikan.

Setelah usai aku mempermainkan piano, tepuk tangan  meriah mengiringi saat aku berdiri dan membungkukan diri sebagai tanda penghormatan. Om Felik menghampir pemuda yang ada di sebelahku, dengan sempotan aku memang tidak mengenal siapa dia.

“Perkenalkan dia keponakan Om, dari Indonesia” Om memperkenakaku ke pemuda itu

“Tracy, dia Leo. Anak dari Dokter Lau.” Om Felik  seraya memperkenalkan pasangan suami istri yang begitu berwibawah, mereka tersenyum padaku dan aku mengulurkan tangan tuk berjabat tangan.

Acara pesta berlangsung dengan potong kue ulang tahun, aku melihat Shanty dan Tante melirik tajam padaku, aku berusaha tenang, aku yakin mereka tidak dapat berbuat macam-macam padaku pada suasana seperti ini.

Leo, pemuda yang baru aku kenal dia terlihat sok akrab denganku, dia mengagumi permainan piano yang aku mainkan tadi. Kami pun terlibat pembincangan yang mengundang tawa antara aku dan dia. Tiba tiba saja Shanty datang menghamiri kami dan menyiram minuman wine itu di kepalaku. Aku tersentak kaget, dengan cepat Leo mencekal lengan Shanty yang berusaha berlalu dari hadapan kami, suasana menjadi keruh saat Leo menyuruh Shanty meminta maaf padaku. Namun  suara lantang Shanty menjadi perhatian semua tamu.

“Kamu, cewek tidak tau diri! Kamu telah merebut harapanku.” ucapan itu meluncur begitu saja dari mulut Shanti yang beraroma alcohol membuatnya hilang control. Semua orang berkrumun aku berlari meninggalkan kerumunan orang-orang yang menanyakan apa yang terjadi Sepertinya Leo mengejarku dan aku segera bersembunyi di balik pohon.

“Tracy, Tracy! kamu di mana?” Suara Leo mencari cariku. Hingga ia binggung mencariku lalu ia segera meningalkan tempat itu. Dan aku keluar dari tempat persembunyianku, aku baru sadar sapu tanganku tidak ada ketika aku ingin membersihkan wajahku.

Kutemui pagi yang indah sinarnya berseri seri, aku berkemas ke Kampus. Di halte bus aku menanti  Bus nomor  91 jurusan Doman Hill, belum sempat bus datang sebuah sedan Mercedes silver menghampiriku, sosok pemuda keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untu mobil menyuruh ku masuk. Aku tak dapat menolaknya dan segera masuk ke dalam  mobil. Mobil meluncur membelah jalan raya yang kanan kiri masih terlihat hijau oleh pepohonan yang hidup diantara pegunungan yang sedang menunjukan musim semi.

“Hem,” dehemku  memecah suasana, Leo tersenyum manis kearahku.

“O iya, semalam sapu tanganmu terjatuh di tikungan jalan ketika aku mengejarmu, ini aku kembalikan.” Aku terbelalak melihatnya, seraya mengambil sapu tangan yang ia ulurkan. Lirikan matanya bak sinar mentari yang menyinari pagi ini.

“Tracy, amm…” suara Leo tertahan sejenak.

“Iya,” aku tersenyum melihat kearahnya sambil menunggu ucapanya yang tertahan.

“A,,, jam berapa selesai kuliah?” Lanjutnya, aku sambil melihat arloji di pergelangan tanganku dan memastikan kapan aku usai kuliah.

“Jam empat.” Jawabku.

“Aku jemput kamu yah?” pinta Leo

Aku keluar dari mobilnya dan menuju kampus, senyum bahagia menghiasi wajahku. Walau aku baru beberapa kali melihatnya, aku mempunyai rasa yang berbeda saat bersamanya, hatiku terasa berdesir desir dan ucapanya indah tuk dikenang.

Seusai kuliah dia sudah menungguku di mobilnya, ia mengajakku jalan jalan dan makan malam bersamanya. Setelah makan malam ia mengantarku pulang, setiba di depan rumah Tante dan Shanty hanya dapat terbengong- bengong melihatku dan Pangeran Leo berbincang di ujung perpisahan. Di depan mereka aku melangkah masuk kedalam rumah dengan lenggokan yang aku sengaja dengan wajah penuh kemenangan.

Sabtu, 27 Juli 2013

Mengapa Zakat di Nomor Satukan

Dompet Dhuafa Hong Kong gelar panggung Ramadan, dalam tema Seminar Gelombang Ekonomi Zakat, cakap kelola keuangan diri dan solusi pemberdayaan. Minggu (7/7/2013) yang diselngarakan di Art dan Gallery Hall KJRI, Causeway Bay.
“Tujuan kita inves dulu sebelum belanja adalah supaya kita punya kebiasaan rutin untuk investasi. Memiliki kebiasaan rutin inves itu lebih penting dibandingkan berapa jumlah investasinya nggak masalah jumlah angkanya berapa yang penting bisa rutin setiap bulanya harus selalu ada” Demikian solusi yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Ghozali. Di hadapan ratusan perserta yang memadati ruanagan, dari kalangan buruh yang seluruhnya perempuan.
“Mengapa Zakat nomur satu? Bukankah sedekah itu kalau ada sisahnya? Pertama sudah melewati batas nishab. Dan mengapa saya bilang zakat nomor satu, supaya melatih mental kita sebagi mentalnya orang kaya. Jadi begini, kalau pikiran kita itu berpikir menjadi orang kaya, maka benar-benar menjadi orang kaya. Kalau pikiran kita merasa miskin, maka mental kita seperti orang miskin. Perlu dites? Kita perlu ketenangan sebentar, semua konsentrasi. Bahwa apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi pikiran kita. Saya meminta teman-teman membayangkan jeruk lips, di potong. Cess...” perserta pun merasa ngilu uhh.... demikianlah pikiran kita dapat mempengaruih fisik kita.
Ustadz Ahmad Ghozoli memberi materi kelola keuangan diri dan solusi pemberdayaan hingga pukul 03:00pm. Dan ustad ganteng ini sudah melahirkan tiga buku berjudul, Habiskan Saja Gajihmu, Puasa kok Boros, dan Tujuh kiat Mengatasi Keuangan.
Seminar gelombang ekonomi zakat dilanjutkan oleh Ustadz Shonhaji dimulai jam 3:00 sampai jam 5:00. materi yang beliau sampaikan, Urgensi Zakat, Shadaqah dan Infaq. Dalam sebuah hadis shahih lainya, Rasulullah saw bersabda, dari Ibnu Mas’ud ra: Bentengilah hartamu dengan zakat, sembuhkanlah orang sakit dengan shodaqah, dan hadapilah bencana dengan do’a. (HR. Khothib)
Acara berlancut dengan bagi-bagi hadiah untuk setiap pertanyaan yang Ustadz Shoinhaji lemparkan kepada perserta, suasana pun semakin semeringah dengan berebut menjawab pertanyaan dari Pak Ustadz.

Kamis, 14 Februari 2013

Sambel Goreng Cinta




         Hawa panas di Singapura memang membuatku jatuh cinta pada Ice cream, “kewarung ah... beli ice ceam yang dingin-dingin empuk!” aku bergegas turun dari apartemen.
 Di depan warung aku berpapasan dengan seorang gadis Indonesia, bahkan, aku sering berpapasan denganya tapi kami tak pernah bertegur sapa. kelihatanya dia seorang gadis cantik yang lugu, maka itu dia nggak berani bertegur sapa dengan orang lain takut di marahin oleh majikanya.
 Aku coba tersenyum padanya, dia pun membalas senyumku. “Hi...!” aku menyapanya. “Hi, juga.” Ia membalas sapaku sambil tersenyum.
“Habis belanja mbak?” tanyaku
 “Iya nich.... beli susu buat kirikku” jawabnya
“Ha...!!! Kirik...? apa itu kirik?” aku bertanya heran.
 “Kirik itu anjing,” tuturnya padaku
“Oooo.....! setahuku Anjing itu, Asu!.” Jawabku
 “Kamu orang mana sich....?” tanyanya
 “Aku..., asli Jawa Tengah, Cilacap Ngapak, kalo kamu sendiri dari mana?” jawabku seraya bertanya kembali padanya.
“Saya berasal dari Jawa Tengah, Tegal, ?” jawabnya
 “Oo,, iya. Dari tadi ngobrol kok nggak tau namanya, kenalan namaku Irasaputri” aku mengulurkan tangan tuk berjabat tangan denganya. “Siti Ihwindi, kamu udah lama tinggal di Singapore?” ia menjabat tanganku seraya bertanya.
 “Lumayan lama 2 tahun 2 bulan, kalau kamu??” jawabku dan bertanya .
“1 tahun 2 bulan, kamu tinggal di mana?”
 “Aku tinggal di blok 109, lantai 2.”jawabku
“Oo.... berarti di sebelah Blok saya, saya tinggal di Blok 101 lantai 2.”serunya
“Wah... jadi kita bisa intip-intipan lewat jendela dong....!” dia tersenyum, mendengar candaku.
“Ir, job mu ngurus apa?” tanyanya padaku
 “Job ku? Mm... babu Singapore, jaga dua Anak, umur tujuh tahun dan sepuluh tahun, kamu?” “Kalau aku janga dua anjing dan jaga boboh (nenek) tapi dia masih sehat, maaf Ir, aku harus segera pulang nanti {Boboh} nenek ku marah belanja kelamaan” lalu ia berlalu dari hadapanku. Sore harinya aku menemanai anak-anak bermain di play graond. Aku melihat siti membawa kedua anjingnya jalan-jalan di taman, ku panggil dia, sambil lambai-lamabaikan tanganku, dia menoleh kearahku ia pun segera menghampiriku. “Hiy...! Ir jam segini dah santai?” tanyanya. “Lagi nunguin anak-anak main” jawabku. “Ir, umur kamu berapa sich..? kok kelihatanya kamu masih imut-imut” tanyanya.
 “Umurku...? delapan belastahun, memangnya emba umur berapa?” aku menjawab dan bertanya dengan polos.
“Coba kamu tebak, umurku berapa?” tanyanya.
“Mm... sekitar 25 yah...?” aku menebak.
“Salah... umurku, 22, Ayahku jawa, Mamaku sunda yang naksir aku banyak... he he he... bercanda... Eh..! Ir kamu udah punya pacar apa belum?” Tanyanya padaku
“Pacar...! kalau Calon pacar banyak, tapi pacar aku nggak punya.” Jawabku dengan canda.
“Ir aku punya banyak kenalan cowok dari Malasiya, kaluo kamu mahu nanti kukenalin sama orang Jambi aku punya banyak foto cowok loh....” Siti mempromosikan.
“Boleh aku lihat fotonya?” pintaku. “Besok siang aja aku turun belanja” jawabnya.
“Oke! Kebetulan besok anak-anak pulang sekolah sore, mbak siti boleh aku minta no HP mu?” pintaku.
“Ir saya nggak punya HP” jawabnya.
 “Masa sich... punya banyak kenalan cowok, kok nggak punya HP, minta beliin dong sama yayangnya?” aku meledeknya. Ngobrol dengan Mbak Siti memang sangat menyenangkan, ngalor, ngidul,wetan, kulon pun di bicarakan.

       Dihari yang kami sepakati, Mbak Siti turun dari apartermen membawa setumpuk amplop surat, kubuka ammplop tersebut berisi foto dan surat, aku merasa penasaran kok bisa Mbak Siti punya kenalan sebanyak ini lewat surat menyurat dan saling kirim foto. “Mbak Siti, kok bisa punya kenalan sebanyak ini?” tanyaku heran. “Aku cuman kenalan lewat majalah, lalu kami saling kirim-kitim atensi” jawabnya. “Oooo...! Begitu yach caranya kenalan sama cowok” Aku sambil melihat foto-foto tersebut satu persatu, aku melihat foto cowok nganteng banget, mataku seraya melotot heran.
“Mbak Siti yang ini, ganteng banget siapa namanya?” aku bertanya penuh penasaran.
 “Namanya Alan firyawan, cowok ini yang mau aku kenalin kekamu dia orang Jambi”
 “Cek ck ck ck.....! keren banget cocok dengan namaya ALAN FIRYAWAN seperti panglima perang yang gagah berani badanya kekar manatap men...! Eh! Kamu nggak salah, kau kenal kan aku denganya, bagai mana dengan kamau?” tanyaku penuh keheran-heranan
“Saya sudah punya pacar orang Miyamar, dia kerja disini sebagai kuli bangunan, Fir pernah mengungkapkan perasaanya sich... kalau dia suka sama saya tapi, saya sudah ada yang punya” jelasnya padaku
“Oooo..., Firyawan di Malasiya kerja apa?” tanyaku
“Dia bilang kerja di kebun sayur.” jawabnya “Ha..!! Nggak salah cowok ganteng-ganteng begini kok, kerja di kebun sayur?” jawabku heran
“Ir, ini didalam suratnya ada nomor Hpnya kamu kenalan dan bertanya ama dia” saranya
“Oke, Aku kirim SMS sekarang ya?” Kucatat nomor HP Firyawan dan kukirim SMS.
 “Hi... Mas Firyawan kenalan, namaku Irasaputri, temanya Mbak Siti Ihwindi”
 “Ir, paling jam segini Firyawan masih kerja” siti berkata,

 Setelah itu kami pulang ke apartermen masing tuk menjalankan tugs sebagai babu Singapura, siang berganti sore tugas sebagai babu Singapura adalah memasak. disaat aku sedang asiyk memasak tiba-tiba HP ku berbunyi bertanda ada SMS masuk, Kubuka HP ternyata balasan dari Firyawan dan ku baca.
“Hiy... juga, senang kenalan denganmu, ngomong-nomong Ira lagi ngapain?” lalu aku segera membalasnya “Lagi masak, sambil pegang HP nich.... ” tak lama kemudian Firyawan balas SMS ku kembali.
“Awas! Loh.... masakanya gosong lagi masak apa tuch?” firyawan bertanya dan ku balas kembali “masak..... sambel goreng cinta nich.... mas fir mau coba ngga..?” balasan SMS ku
“Sambel goreng cinta? Pasti itu menu sepesial, bumbu dan bahanya apa aja tuch?” tanyanya
 “Tentu dong,! ini menu sepesial untuk para anak muda yang sedang jatuh cinta..., mas fir mau tahu bahan dan bumbunya meh....?” balasku Bahan yang harus disiapkan
=2 buah hati
 =1 batang cinta
 =1 kg kasih sayang
 =1 kg kemesraan
Bumbu yang harus disiapkan
$1 ons setia
 $1 ons cemburu
 $1 gr curiga
 $3 rasa *kangen* gelisah*resah
 Cara membuat
=satukan 2 hati menjadi 1 cinta kasih dan rasa,
 tepikan @curiga, @hilangkan cemburu , tuangkan kasih sayang dan atasnya di hiasi dengan “KESETIAAN” Sekarang jadi deh...! menu REMAJA untuk para anak muda, cobain dech pasti enak?” “Wah.....! bahan dan bumbunya sangat kmplit pasti enak dan lezat, tentu saja aku mau mencobanya!” balasan SMS Firyawan Aku merasa lucu SMS-an dengan firyawan, seperti biasa aku bertemu Siti aku bercerita tentang SMS Firyawan Siti pun teratawa geli mendengar ceritaku. “Ir kamu ada waktu? Anteriin aku belanja yuk?” ajaknya
“Belanja apa?” aku bertanya
“Saya mau beli HP, aku di kasih uang sama pacarku buat beli HP” jelasnya padaku
“Wah..! cowokmu baik banget, jangan-jangan... kamu diobok-obok ama dia yah.....?” aku meledeknya “Memangnya Saya air! Diobok-obok....” Siti tersipu malu Tiba-tiba HP ku berbunyi bertanda ada SMS masuk, ternyata firyawan yang SMS dan ku baca SMS nya
 “Hi sayang... lagi ngapain?” Aku kagt dia pangil aku Sayang lalu ku balas
 “Sayang-sayang sejak kapan Mas Fir pangil aku sayang?!” aku dan siti saling pandang bertatap muka seraya tertawa, tiba-tiba ada SMS kembali
 “Sejak De Ira ngasih aku Menu Remaja Sambel Goreng Cinta” balasan SMS firyawan.
“Oooo... itu aku cuman bercanda mah....!” aku membalas.
 “ Tapi aku suka sama buatan sambel goreng cinta buatanmu, De Ira sudah punya pacar apa blum ?”
 Aku dan Siti saling diskusi “aku harus balas apa Mbak?” aku bertaya pada Mbak Siti.
“Bilang aja belum punya pacar” siti memberiku saran.
 “Oke! Kubalas sms nya” jawabku mantap
“Ade belum punya pacar, memangnya Mas Fir mau jadi pacarku meh....?”
 “Dengan senang hati kalau De Ira mau jadi pacarku” Siti menceritakan tentang Alan Firyawan dari A sampai Z aku pun senang mendengar cerita tentang Firyawan. Aku dan Fir Yawan pun saling bertukar foto, Bunga-bunga cint puna bersemi dihatiku tapi aku bingung bagai mana harus bersikap, gimana menghadapi seorang pacar, sementara aku belum pernah pacaran aku mencoba SMS Firyawan.
 “Mas Fir lagi ngapain?” SMS pun terkirim taklama kemudian HPku berbunyi ada SMS masuk ternyata Firyawan balas SMSku dan ku baca.
 “Mas lagi mancing sambil main gitar, ada apa sayang?”
“M... Mas aku mau nanya, apakah mas pernah pacaran sebelum jadian sama ade?”
“Mas pernah suka sama cewek tapi...., setiap kali aku ngapel naik sepeda ontel dan dopetku tipis. Jadi dia lebih suka sama cowok yang ngapelnya naik sepeda motor dan dopetnya tebal, itu lah yang membuat nggak pede mendekati cewek.”
“Mas, seharusnya Mas selalu bersukur masih bisa naik sepeda ontel, orang lain cuman jalan kaki aja masih bersukur kalo tak punya kaki gimana? Sukurilah nikmat Allah, semakin banyak engkau bersukur makin bayak nikmat Allah yang akan diberikan-Nya”
“Ir, ternyata bibirmu manis, semanis dan seindah kata-katamu”
 “Ooo....! jadi selama ini mas lihat fotoku yang diamati bibirku yah...? awas yah.... kujitak kau...!”
 “Sini kalo bisa jitak Mas! Weee........!” Fir meledekku
“Iya akan ku jitak kau, jangan lari ya.....!?” Sungguh sangat lucu pacaran lewat HP walau lewat SMS.

 Pada siang hari perkerjaa ku sudah selesai semua, aku pergi keapartermen Siti, sesampai di depan rumah Mbak Siti aku melihat jedela kamarnya terbuka, berarti Mbak Siti ada dirumah, aku melihat dari jedela diatas meja ada foto Firyawan dibingkai dengan istimewa hatiku mulai remuk redam melihat kekasihku dipajang dikamar sahabat karibku, tak lama kemudian Mbak Siti menghmmpirikku.
“Hi! Kenapa kelihatanya wajahmu manyun?” Siti menegurku, dengan gugup aku menjawab teguranmya “Oh.... anu. Anu.. ... nggak kenapa-napa kok! maaf aku mau balik keapartermenku dulu ada sesuatu yang lupa belum aku matikan.”
 “Loh... kok terburu-buru” Hatiku benar-benar bergejolak remuk redam, ada apa sebenarnya diantara Mbak Siti dengan Firyawn.. Awan mendung menutupi jalan pikiranku, hujan tak di undang turun tepat dikepalaku. aku di godok oleh api cemuru, rasa resah, gelisah membuncah menutupi mata hatiku, aku berpikir dari pada pagar makan tanaman lebih baik kuputuskan hubunganku dengan Firyawan, dengan emosi ku kirim SMS buat firyawan dan Siti Ihwindi, pertama aku mengirim SMS buat Firyawan.
“Fir sebenarnya ada hubungan apa antara kamu dam mbak Siti?” Satu SMS telah ku kirim untuk Firyawan. Kemudian aku mengirim SMS buat Siti Ihwindi.
 “Mbak Siti..., lebih baik kita akhiri persahabatan kita sampai disini.” Tak lama kemudian ada balasaakn sms, ternyata Mbak Siti balas smsku.
“Apa maksudmu Ir...?” “Aku ingin berhenti menjadi sahabatmu, aku tak bisa mempunyai sahabat yang memakan hati sahabatnya sendiri.” “Apa sich maksudmu aku tidak mengerti..,” “kamu masih nggak ngerti..? wanita mana kalau melihat foto kekasihnya di pajang dengan bingkaian istimewa dikamarnya sahabat karibnya, sementara kamu simpan dan kau abadikan surat-surat Firyawan” perdebatan di sms itu semakin seru. “Ir lebih baik kita turun bicara baik-baik. Ir aku tunggu kamu di bawah blok aku tak perduli saya dimarahim majikan, demi kamu aku tak mau kita putus persahabatan” Sejak itu SMS ku terhenti dan aku menuju ke jendela pandanganku menyambar ke bawah blok apertemanya Siti, di sana aku melihat Siti duduk seperti orang memohon hujan segera turun dari lamgit namun tak kunjung turun jua.. kulihatin dia terlihat gelisah dan letih aku tak kunjung menemui juga. Namun hatiku tetap bersi keras, ogah untuk menemuinya. Waktu sudah menunjukan jam 4:00 sore kulihat dia masih duduk di sana, Aku juga belum dapat balasan SMS dari Firyawan, Hatiku pun semakin gelisah apa yang harus aku lakukan, Sejenak aku berfikir untuk menanyakan kepastian dari Firyawan. “firyawan tidak balas SMS ku, berarti terbukti kalau mereka ada hubungan percintaan di belakangku.” Bisik hatiku. Kembali aku melihat kearah jendela, Siti masih terduduk lemas di sana, hatiku pun mulai tak tega melihatnya duduk di sana terlalu lama. Aku turun dari apartermen menemui Siti dengan sikap kaku, murung di wajahku.
“Aku sudah turun, mhau kamu apa?” tanyaku dingin “Ir, aku sama firyawan hanya sebatas teman, aku mengangap dia seperti abangku sendiri..., Ir, saya rela kehilangan seribu cowok tapi aku tak mau kehilangan kamu karena kamu lah temanku yang selama ini bisa membuatku tertawa.”
 “Aku tak perduli, mahu kau anggap dia abangmu kek... ijomu kek... lebih baik sekarang kamu pulang, aku mau naik ke apartermenku lagi.” Tegasku seraya memalingkan mukaku beranjak meninggalkan Siti, Namun dia menghadang langkahku. “Ir, ini surat dan foto Firyawan aku serahkan padamu, kalau kamu tak percaya oke aku menelfon Firyawan sekarang juga” Aku menghentikan tangan Mbak Siti yang sedang memijit digit HP nya. “Nggak perlu, aku dan firyawan sudah putus.” Nada cetusku. Ku pandang wajah Mbak Siti lekat-lekat wajahku pun berubah manis bertabur senyum dan memeluk Mbak Siti. Ia pun memelukku dengan isak tangis seperti anak yang tak mau kehilangan Ibunya. “Sudah lah..., aku juga nggak mahu kita putus persahabatan karena cowok.” Ia pun tersenyum padaku dan aku pun meledeknya. “Nah... gitu dong senyum..., kalau nangis kelihatan jeleknya.” Semuanya telah berakhir aku pun berfikir untuk kirim SMS buat Firyawan, untuk meminta maaf atas tuduhanku. “Mas Fir, sedatangnya SMS ini aku mau minta maaf atas tuduhanku, ternyata aku terbakar api cemburu sehingga Sambel Goreng Cintanya gosong..., Mas Fir mahu memaafkan aku kan?.” SMS Telah terkirim. Sudah tiga hari Firyawan tak kunjung balas SMS ku jua... “apakah dia benar-benar marah padaku, apakah yang terjadi padanya?.” Hatiku penuh tanda tanya. Selang beberapa hari aku mendapat SMS misterius “Aku lah Arjuna!” berulang-ulang aku baca SMS tersebut, lalu aku balas. “He...! Arjuna kesasar, Emeng guwe pikirin elu siapa.” “Aku lah Arjuna yang mencari cinta, wahai wanita cintai lah aku...” Kembali ia kirim SMS tersebut “Aku kasih tahu kamu yah..., di sini nggk ada Cinta atau pun Sinta.” Aku menyelidiki SMS tersebut, kalau aku lihat dari nomer telpon ini nomor dari Malasiya, tapi aku tak punya teman di Malasia selain Firyawan. “Kamu pasti Mas Fir ya...? awas yah nggk ngaku nanti aku kelitikin biar mampus.” Aku coba menebak. “Oke deh... aku ngaku aku Firyawn, sini kalau kamu bisa ngelitikin aku?” “Oke, kamu jangan lari ya...” Akhirnya ia menggaku bahwa ia adalah Firyawan, hubunganku denganya pun kembali bersatu, hidup ini rerasa indah bila dia ada di sisihku dan menemani hari-hariku walau dalam SMS.